Cerpen: Secangkir rezeki

Cerpen: Secangkir rezeki

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on email
Share on telegram

Setiap hari, tanganku ini sibuk mengatur pinggan, mencuci gelas dan menyapu lantai yang dipijak kaki yang penuh lumpur. Hidup ini sederhana tetapi penuh dengan keringat. Aku tetap bersyukur. Sekadar cukup untuk menyambung hayat. Namun, sejak kebelakangan ini, kedamaian kecil yang aku miliki direnggut oleh pandangan mata yang tajam dan kata-kata yang menyayat hati. “Dia itu kerja dengan penyokong Yahudi. Jangan dekat dengan dia,” suara itu menusuk dari belakangku. Cukup kuat untuk didengar oleh telingaku yang sedang sibuk di dapur. Ini bukan kali pertama. Ada masa aku menjadi sasaran pandangan sinis,…

 

Sila Log Masuk atau Langgan untuk membaca berita sepenuhnya

 

Tidak mahu terlepas? Ikuti kami di

 

BERITA BERKAITAN

Teruskan membaca

Nikmati akses tanpa had serendah RM9.90 sebulan

Sudah melanggan? Log Masuk untuk membaca berita sepenuhnya